SELAMAT DATANG DI BLOG ICU ICCU RSUD KEBUMEN. TERIMA KASIH

Senin, 06 Juni 2011

KEMENTERIAN KESEHATAN PANTAU PERKEMBANGAN PENYAKIT ESCHERICHIA COLI PDF Print E-mail
Kementerian Kesehatan RI terus memantau perkembangan penyakit akibat bakteri Escherichia coli (E. coli) yang saat ini melanda beberapa negara di Eropa. Kementerian Kesehatan telah menyampaikan surat edaran kewaspadaan kepada seluruh  jajaran kesehatan di tanah air. Hal itu disampaikan Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Direktur Jenderal Pengendalian  Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan  sehubungan  kejadian luar biasa (KLB) penyakit akibat bakteri E. Coli yang melanda beberapa negara Eropa dan  Amerika Serikat.

Menurut Dirjen P2PL, peningkatan kasus mulai terjadi di Jerman pada pertengahan Mei 2011. Sampai 2 Juni 2011,  Jerman menemukan  520 kasus haemolytic uraemic syndrome (HUS) dengan 11 kematian. Selain itu terdapat  1.213 kasus "enterohaemorrhagic Escherichia coli" (EHEC), 6 diantaranya meninggal.  Artinya,  di Jerman terdapat 1.733 kasus dan 17 kematian .

Selain Jerman, ujar Prof. Tjandra,   ada 11 negara lain yang menemukan kasus ini  yaitu Austria,  HUS 0, EHEC 2 kasus, Czech Republic (0, 1), Denmark (7, 10), France (0, 6), Netherlands (4, 4), Norway (0, 1), Spain (1, 0), Sweden (15, 28), Switzerland (0, 2), United Kingdom (3, 4) dan  Amerika  Serikat (2, 0).

“Bakteri E.coli  dapat ditemukan pada  usus manusia dan binatang berdarah panas, sebagian besar strainnya tidaklah berbahaya, tetapi strain tertentu "enterohaemorrhagic E. coli (EHEC)" akan dapat menimbulkan penyakit berbahaya dan mematikan, seperti yang terjadi di Eropa sekarang ini”, ujar Prof. Tjandra.

Gejala penyakit ini  berupa sakit perut seperti kram dan diare yang pada sebagian kasus bahkan dapat mengeluarkan diare berdarah (haemorrhagic colitis). Juga dapat timbul demam dan muntah.  Masa inkubasi berkisar antara tiga sampai delapan hari, rata-rata empat hari. Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam 10 hari, tapi pada keadaan khusus  yang kini juga terjadi pada sebagian kasus di Eropa,  penyakit dapat berlanjut menjadi gawat dan berat, yang disebut dengan  haemolytic uraemic syndrome (HUS).

HUS ditandai dengan kegalalan ginjal akut, anemia dan kekurangan trombosit ( acute renal failure, haemolytic anaemia and thrombocytopenia ) dan juga gangguan neurologis sampai stroke dan koma. Diperkirakan sampai sekitar 10 persen pasien yang terinfeksi  EHEC akan berlanjut menjadi HUS yang angka kematiannya berkisar antara 3 - 5 persen. 

Untuk mencegah EHEC dan HUS  yaitu dengan berperilaku hidup bersih dan  sehat antara lain mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB) dan sebelum makan. “Seseorang yang diare disertai pendarahan dan jika menderita sakit setelah bepergian dari Jerman dan kontak dengan penderita segera konsultasi kepada dokter atau petugas kesehatan. Sedangkan WHO, menganjurkan lima kunci untuk keamanan pangan yaitu jaga kebersihan, pisahkan bahan mentah dengan makanan matang, masak makanan sampai matang, jaga makanan pada suhu aman dan gunakan air bersih untuk mencuci bahan pangan.

Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, PTRC: 021-500567 begin_of_the_skype_highlighting              021-500567      end_of_the_skype_highlighting, atau alamat e-mail puskom.publik@yahoo.co.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , info@depkes.go.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it , kontak@depkes.go.idThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it .